SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI GUDANG ILMU PERTANIAN DAN LAINNYA

Jumat, 21 Januari 2011

Perlakuan benih

. Perlakuan benih sebelum penanaman
(Pada Benih Padi )
Penyotiran dengan larutan garam
• Siapkan larutan garam dalam ember dengan volume sesuai dengan benih padi yang akan disortir. Konsentrasi larutan garam (takaran garam) tersebut diukur dengan menggunakan telur ayam/bebek mentah. Masukkan telur ke dalam ember berisi air. Masukkan garam sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk pelan. Pemberian garam dihentikan ketika telur mulai mengapung dalam air, hal ini menunjukkan bahwa kandungan garam telah cukup sebagai penguji benih.
• Masukkan benih padi yang akan disortir. Kemudian diaduk sehingga semua benih tercampur dengan larutan garam tersebut. Biarkan beberapa menit, sehingga terlihat benih padi tersebut tenggelam dan sebagian kecil terapung.
• Benih yang masih terapung merupakan benih hampa/rusak/tidak sempurna, sehigga tidak layak untuk dijadikan bibit. Walaupun benih tersebut dapat tumbuh, akan tetapi akan tumbuh menjadi bibit yang tidak sempurna.
• Benih yang tenggelam dipilih sebagai benih yang akan disemaikan. Benih tersebut kemudian dibilas dengan air bersih sebanyak 2 kali agar larutan garamnya tercuci dengan baik.
1. Memeram benih sebelum disemai.
• Benih yang akan disemai sebaiknya dibantu pertumbuhannya dengan cara diperam.
• Benih direndam dalam air bersih selama kurang lebih 1 jam, kemudian ditiriskan dalam ayakan atau saringan sampai tidak ada air yang menetes.
• Benih yang lembab tersebut kemudian dimasukkan dalam karung goni atau karung terigu (atau kain katun) dan dibiarkan selama 2 hari dalam ruangan yang terlindung.
• Setelah dua hari akan nampak pada pangkal benih berwarna putih yang menandakan bahwa akar benih telah mulai tumbuh dan telah siap disemai dalam persemaian.
• Benih yang telah diperam akan memiliki daya tumbuh yang lebih cepat dan lebih baik dibanding dengan benih yang tidak diperam, sehingga dalam persemaian akan tumbuh lebih kuat dan sehat.
2. Perlakuan benih setelah pasca panen
Seiring benih diberi perlakuan tertentu yang tujuannya adalah untuk mencegah atau mematikan penyebab penyakit yang terbawa oleh benih. Benih dapat diperlakukan dengan berbagai cara antara lain dengan menggunakan sinar ultraviolet : infra merah, panas dengan penggunaan zat-zat kimia. Berdasarkan sifat dan masalahnya perlakuan benih dapat dibedakan menjadi :
1. Disinfektasi benih: apabila perlakuan diberikan dengan tujuan untuk mengeradikasi patogen yang telah menginfeksi benih, dimana patogennya berada dalam kulit biji atau jaringan –jaringan yang lebih dalam. Contoh:
• Perlakuan benih dengan air panas.
• Perendaman benih dalam 0,8 % acetid acid selama 24 jam.
• Organisme penyebab bakterial kanker dapat dieradikasi dari benih tomat dengan cara membiarkan benih bersama daging buahnya mengalami fermentasi selama 96 jam pada 20 0C. patogen akan mati disebabkan meningkatnya kandungan asam dalam daging buah.
1. Disinfestasi benih yang ditujukan terhadap organisme yang terdapat dipermukaan benih. Bahan kimia yang digunakan antara lain: ceresa MDB panogen 15 ceresan L dan chipcote.
2. Proteksi benih didasarkan pada prinsip untuk melindungi benih dan kecambah tanaman dengan suatu fungisida yang akan mencegah infeksi dan kerusakan yang disebabkan oleh patogen terutama organisme tanah. Contohnya: captan, thiram, dichlone.
Beberapa sejumlah organik yang diberikan pada benih tanaman berbiji kecil sebagai disinfestasi juga bertindak sebagai protektan. Misalnya senyawa heksaclorobenzena yang diberikan pada benih gandum bertindak sebagai disinfestan dan protektan terhadap serangan semut teliospore dalam tanah. Cara pemberantasan yang efektif untuk penyakit yang terbawa oleh benih ialah dengan mengetahui terlebih dahulu kehadiran patogen pada benih sebelum benih ditanam yaitu dengan pengujian benih. Tindakan selanjutnya adalah mencegah dilakukannya penanaman atau mengadakan perlakuan benih terlebih dahulu sebelum tanam.
Tujuan dari perlakuan benih yang telah disebutkan diatas adalah untuk mencegah dan membasmi terjadinya infeksi yang disebabkan oleh patogen yang terbawa benih baik didalam, dipermukaan maupun bersama benih. Dengan perlakuan benih maka inokulum yang terdapat pada benih dapat dibasmi secara langsung atau pada waktu setelah benih berkecambah. Selain itu perlakuan benih juga dapat melindungi benih dari serangan patogen yang berada dalam tanah hal ini dikarenakan benih dan kecambah tanaman pada awal pertumbuhannya sangat peka terhadap serangan patogen tanah.
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk memberantas hama maupun penyakit tanaman dikenal dengan istilah pestisida yang berasal dari kata “caido“ yang berarti membunuh. Menurut penggunaanya pestisida dibedakan menjadi insektisida, rodentisida, bakterisida dan lainnya. Sedangkan untuk cendawan disebut fungisida, secara ideal fungisida harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Fungisida harus efektif pada konsentrasi yang tidak membahayakan benih atau tanaman yang diperlakukan
2. Tidak beracun bagi manusia ataupun hewan.
3. Cukup stabil dan lekat agar tetap efektif dalam waktu lama
4. Tidak memiliki efek samping yang dapat merugikan keseimbangan biologis
5. Tidak menimbulkan resistensi pada patogen.
6. Harganya cukup murah ditinjau dari segi ekonomis.
Berdasarkan Komposisinya fungisida dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Senyawa tembaga (Cu)
2. Senyawa belerang
3. Senyawa air raksa (Hg)
4. Senyawa quinon
5. Senyawa benzene
6. Senyawa heterosiklis
7. Senyawa fosfor organik
8. Zat-zat anti biotika
Untuk Perlakuan Benih fungisida dapat digunakan secara:
1. Kering (dry methode): fungisida berbentuk tepung (dust).
2. Basah (wet methode): fungisida digunakan dalam bentuk cairan atau larutan (liquid).
1. Slurry Methode: fungisida digunakan sebagai suspensi dan dicampur dengan benih didalam suatu alat yang disebut slurry treader, benih tak perlu dikeringkan.
2. Quick wet methode: fungisida digunakan ialah yang mudah menguap dalam konsentrasi pekat yang dicampurkan secara merata.
3. Perlakuan Benih untuk tujuan memecahkan dormansi
Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat. Ada beberapa cara yang telah diketahui adalah :
1. Perlakuan mekanis
Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.
2. Perlakuan kimia.
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
• Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum tanam.
o Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
o Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 – 200 PPM.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
3. Perlakuan perendaman dengan air.
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 – 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
4. Perlakuan dengan suhu.
• Stratifikasi
Yaitu cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili. Benih apel yang diberi perlakuan stratifikasi pada 4 0C selama lebih dari 2 bulan persentase perkecambahannya meningkat.
5. Perlakuan dengan cahaya
Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari. Menurut Flint dan McAlister menemukan bahwa cahaya merah lebih efektif dalam memecahkan doemansi pada benih selada vatietas Arlington fancy. Sedangkan cahaya biru terutama cahaya infra merah sangat menghambat perkecambahan. ( dr.berbagai sumber )