SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI GUDANG ILMU PERTANIAN DAN LAINNYA

Jumat, 05 November 2010

ATLAS IKLIM


Atlas Sumberdaya Iklim Pertanian Indonesia




Perubahan iklim yang terjadi akibat fenomena pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan iklim dan siklus hidrologi. Di Indonesia dampak perubahan iklim yang dapat dirasakan saat ini semakin keringnya musim kemarau dan intensitas banjir yang semakin tinggi di muism hujan. Tindakan mitigasi bencana tersebut memerlukan informasi kondisi iklim yang ada sebagai dasar acuan, sementara itu peta sumberdaya iklim saat ini umumnya menggunakan data sebelum tahun 1970. Kehandalan peta-peta tersebut perlu diperbaharui dengan seri data yang aktual. Dengan demikian perubahan pola dan distribusi curah hujan belakangan ini dapat diperhitungkan dalam kegiatan sistem dan usaha agribisnis. Lebih jauh. pengambil kebijakan dan perencana dan pelaksana lapang di sektor pertanian dan sektor terkait lainnya dapat menyusun strategi menyeluruh  sesuai dengan kondisi iklim terkini.
Atlas sumberdaya iklim Indonesia yang disajikan kali ini merupakan peta wilayah curah hujan skala 1:1.000.000. kegiatan diawali dengan kompilasi data curah hujan runtut waktu (time series) 10-30 tahun terakhir dan dikoreksi terhadap periode 30 tahun terakhir (1971-2000) yang berasal dari stasiun iklim lingkup Badan Litbang Pertanian. baik yang manual maupun yang digital yang ada di automatic weather  station/AWS maupun di automatic water level recorder/AWLR dan stasiun - stasiun dari: Badan Meteorologi dan Geofisika. Dinas Pekerjaan Umum. Dinas Pertanian. dan institusi lainnya pada masing-masing wilayah penelitian di seluruh Indonesia. Selanjutnya melalui analisis data dengan memadukan analisis statistik dengan Sistem Informasi Geografi (SIG) dihasilkan atlas sumberdaya iklim bulanan seluruh Indonesia.   


CURAH HUJAN TAHUNAN (mm)
POLA
TIPE IKLIM
CH ≤ 100(mm/bln)
CH 100-150(mm/bln)
CH 150-200(mm/bln)
CH > 200(mm/bln)
 < 1000
IA
  IKLIMKERING
7-10
≤ 4
≤ 3
≤ 2
IB
8-12
≤ 3
0
0
IC
8-9
≤ 2
≤ 2
≤ 2
 1000 – 2000
IIA
5-8
≤ 3
≤ 2
≤ 4
IIB
≤ 4
≤ 5
≤ 5
≤ 4
IIC
≤ 5
≤ 5
≤ 6
≤ 5
 2000 – 3000
IIIA
        IKLIMBASAH
≤ 6
≤ 4
≤ 5
≤ 6
IIIB
≤ 4
≤ 4
≤ 5
5-6
IIIC
≤ 4
≤ 4
≤ 5
6-8
  3000 – 4000
IVA
≤ 2
≤ 3
≤ 4
7-9
IVB
≤ 2
≤ 3
≤ 3
8-11
IVC
≤ 3
≤ 4
≤ 4
7-9
IVD
≤ 1
≤ 3
≤ 5
7-9
 4000 – 5000 
VA
≤ 2
≤ 2
≤ 1
7-9
VB
0
0
≤ 2
9-12
VC
≤ 2
≤ 3
≤ 2
8-12
VD
0
0
≤ 1
10-12
  > 5000
VIA
0
0
≤ 2
10-12
VIB
0
0
0
12
VIC
≤ 1
1
≤ 2
9
VID
0
0
0
12

Di Jawa dan Nusa Tenggara pola monsoon yang dominan sehingga mempunyai pola tunggal. Pola tunggal A terdapat di selatan katulistiwa dan pola D di utara katulistiwa. Pola ganda (pola C) ditemukan di sekitar katulistiwa yang dipengaruhi oleh ITCZ (Inter Tropical Convergence Zone) dengan sedikit bergerak ke timur karena dipengaruhi laut.  Sedangkan pola berfluktuasi/majemuk (pola B) umumnya ditemukan di sekitar katulistiwa dengan sedikit bergerak ke barat. Untuk memperjelas pemanfaatan curah hujan. maka pada gambar berikut disajikan rekomendasi pola tanam tanaman pangan dan hortikultura semusim di seluruh pola/wilayah curah hujan. 
Rekomendasi pola tanam tanaman pangan dan hortikultura semusim di seluruh pola/wilayah curah huan
  
Dengan dihasilkannya atlas sumberdaya iklim Indonesia. maka informasi karakteristik curah hujan yang terdapat di setiap wilayah dapat dijadikan acuan oleh para pengambil kebijakan. perencana dan pelaksana lapang di sektor pertanian dan sektor terkait lainnya dalam rangka perencanaan pembangunan pertanian maupun sebagai pedoman dalam pengelolaan usahatani.  Dengan mempertimbangan keadaan iklim yang dihadapi. usahatani akan dapat mengurangi resiko kegagalan serta dapat mengoptimalkan produksi sehingga dapat diperolah keuntungan  yang diharapkan.

Terakhir Diperbaharui ( Jumat, 09 Februari 2007 )


DARI BMG